Rabu, 30 September 2015

“Revenge”



...Aku membeci darah, semua darah bernilai hina...
Psycho – Dark – Teen - Ficlet (440 words)

Hidup ini penuh dengan ketidakadilan, dimana yang kaya semakin kaya, dan  yang miskin semakin menderita. Hukum kini tidak memihak pada siapa yang benar, melainkan pada dia yang berkedudukan. Aku muak!

Saat kasta menjadi pembanding antar manusia, mereka yang dianggap memiliki kasta rendah, serendah-rendahnya dianggap bukan manusia. Mereka dikucilkan, diabaikan, diacuhkan. Saat yang pandai dielu-elukan dan yang bodoh tersingkirkan. Mereka bilang tidak ada manusia yang bodoh, hanya ada manusia yang malas. Ya, manusia malas yang bahkan terlalu malas untuk mendengarkan ungkapan itu. Aku muak!

Dan mereka itu, adalah aku. Hanya aku.
Tawa sinis selalu terdengar dari mulutku, oh betapa indahnya hidup saat dirimu melihat mahkluk menjijikan bernama ‘manusia’ mati secara perlahan. Ya, aku pembunuh. Manusia yang membuatku jengkel karena ucapannya. Menyakiti hidupku dengan mulut kasarnya, pendidikan tinggi? Cih, itu bahkan tidak membantu mulut mereka, hanya membuang-buang tenaga dan uang.

 “tenang saja kawan, aku hanya memberi makananmu sedikit Arsenik- Ah tidak-tidak, kurasa aku memberinya terlalu banyak”

“Apa?!”

“aku bilang Arsenik, lihat! Warna kulitmu mulai berubah, Apa sakit? Tenang, itu tidak bertahan lama. Perlahan-lahan kamu akan mengalami gangguan fungsi hati, jantung, paru-paru dan ginjal lalu.. Ah, lihatlah nanti, tapi tenang saja, kamu masih memliki kesempatan hidup sekitar 15 menit, atau mungkin kurang dari itu”

“brengs*k!”

“hei-hei.. gunakan waktumu untuk meminta ampunan, banyak-banyaklah berdoa”

“A-apa salahku?”

“kamu bahkan masih memiliki kekuatan untuk berbicara, hebat!. Baiklah sebenarnya ini bukan kesalahanmu, hanya saja kamu terlibat didalamnya. Ayahmu, ayahmu memfitnah ayahku dengan mengatakan bahwa dia adalah pencuri berkedok guru, karena ayahmu adalah kepala sekolah, tak ada satupun orang yang membela ayahku. Masih Ingat?”

Aku menatap matanya yang memerah, itu pasti sakit.

“ayahku dipecat karena ayahmu, dia menjadi pengangguran. Hidup kami yang susah semakin susah, setelah ayah dipecat ibuku kabur, dia meninggalkanku. Kemudian, ayah sakit parah, semua rumah sakit menolak merawatnya sampai akhirnya dia meninggal. Dan aku hidup sendiri menanggung banyak hutang”

Aku tertawa sinis mengingat semua itu, menceritakan kisahku pada orang sekarat.

“ayahmu mati sebelum aku balas dendam, jadi kamu yang harus menanggungnya. Rasa sakitmu bahkan hanya sebagian dari rasa sakitku, setelah kejadian itu aku dikucilkan, di sekolah aku tidak dianggap, sampai akhirnya aku dikeluarkan. Mereka bilang aku terlalu bodoh, hahaha”

“aku berusaha menjadi orang lain agar bisa membunuhmu, membalaskan dendamku. Dan ya, terimakasih telah mempercayaiku untuk memasakan makanan ini untukmu, aku benar-benar bahagia”
Aku mnceritakan itu semua padanya, bahkan setelah aku tahu dia telah matipun aku tetap bercerita. Aku benar-benar lega sekarang, terimakasih.

Setelah membunuhnya, Aku meyerahkan diriku pada pihak berwajib, tujuan hidupku telah selesai, hasrat balas dendamku telah terpenuhi. Dan mati, adalah hukuman atas tindakan kejiku.
Aku membenci darah, semua darah bernilai hina. Termasuk darahku.

THE END



Text by : Neneng Pujiyanti 
Picture from Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar